Dekranas Berau Gelar Pelatihan Alat Tenun untuk Meningkatkan Perekonomian dan Kreativitas Penenun

FOTO:MENINJAU : Ketua Dekranas Berau, Sri Juniarsih Muharram meninjau penggunaan ATBM yang akan dimanfaatkan.

 

FOTO:MENINJAU : Ketua Dekranas Berau, Sri Juniarsih Muharram meninjau penggunaan ATBM yang akan dimanfaatkan.

BERAU, NEWSNUSANTARA.COM – Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kabupaten Berau mengadakan pelatihan alat tenun bukan mesin (ATBM) sebagai bagian dari upaya meningkatkan kemampuan para penenun. Pelatihan ini berlangsung dari tanggal 27 Februari hingga 9 Maret 2020 di Kampung Tumbit Melayu dan dibuka secara resmi oleh Ketua Dekranas Berau, Sri Juniarsih Muharram.

Dalam kegiatan pelatihan ini, Dekranas menerima bantuan lima unit ATBM dari sebuah perusahaan yang kemudian diserahkan ke Rumah Tenun Kampung Tumbit Melayu. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi tenunan dan memungkinkan para penenun untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau, Wiyati, menyampaikan harapannya bahwa pelatihan ini akan memberikan dampak nyata dalam peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya para penenun.

Sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertanggung jawab dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Diskoperindag menyatakan bahwa pelatihan ini akan memberikan bekal kepada para penenun untuk meningkatkan keterampilan menenun mereka. Dengan bimbingan instruktur profesional, diharapkan para penenun dapat menghasilkan karya-karya yang dapat dipasarkan secara luas. “Ini merupakan bagian dari pembinaan UMKM,” jelas Wiyati.

Ketua Dekranas Berau, Sri Juniarsih Muharram, menekankan pentingnya memaksimalkan penggunaan ATBM yang telah diberikan agar menghasilkan karya-karya tenunan yang layak dan dapat dipasarkan di luar daerah. Ia juga mendorong para penenun untuk terus berlatih dan mengembangkan kreativitas mereka. “Mari kita majukan tenun Berau,” tegasnya.

Dalam pemasaran tenunan, diperlukan juga jaringan bisnis yang kuat. Sri Juniarsih mendorong semua penenun untuk memperluas jaringan bisnis mereka sehingga hasil tenunan dapat segera dipasarkan. Ia juga menekankan pentingnya kemasan yang menarik sebagai faktor yang dapat mempengaruhi penjualan.

Selain itu, Sri Juniarsih mendorong setiap kecamatan untuk menghasilkan batik yang menjadi ciri khas mereka masing-masing. Ia berharap kecamatan dapat memanfaatkan batik tersebut dalam berbagai sektor, seperti di sekolah dan kantor pemerintahan. “Lebih beragam tentunya jika setiap kecamatan memiliki batik dengan motif khasnya sendiri. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di setiap kecamatan, terutama di sektor kerajinan. Ini merupakan target kita untuk mencapai kesejahteraan.(ILH)