Warga Jatisari Mengelola Sampah Organik Dengan budidaya Maggot

NEWSNUSANTARA, Malang _ Masyarakat Desa Jatisari, Kabupaten Malang, memiliki permasalahan sampah yang terbilang cukup serius. Adanya teguran oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada masyarakat di daerah tersebut  terkait lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sangat dekat dengan jalan raya.
Berawal dari permasalahan tersebut, group KKN OPF Universitas Brawijaya mempunyai inisiatif untuk pengolahan sampah dengan produktif,  yang diketuai oleh Dr. Siti Asmaul Mustaniroh, STP, MP dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian ini memanfaatkan Black Soldier Fly untuk mengolah sampah organik dan dapat digunakan untuk pakan ternak.
“Maggot BSF yang sudah di panen dapat digunakan sebagai pakan ternak, dikarenakan mempunyai kandungan asam amino dan protein mencapai 40 hingga 50 persen Pembudidayaan ini sendiri sudah sering dilakukan oleh beberapa masyarakat karena sangat mudah dikerjakan secara massal”, jelas Asmaul, Kamis (29/9/2022) kemarin.
Untuk proses budidaya maggot diawali dengan penyiapan 52 gram telur lalat dan untuk media penetasan telur dalam wadah plastik. “Alat  yang digunakan yaitu dedak yang dicampur dengan air  dalam kondisi lembab. Penambahan air pada dedak dilakukan 2 hari sekali agar tetap dalam kondisi lembab. Telur-telur tersebut diletakkan diatas penampang yang terbuat dari kawat yang memiliki pori-pori kecil dengan dilapisi tisu agar telur tidak bersentuhan langsung dengan media karena telur akan mati. Proses penentasan telur berlangsung selama 3-5 hari”, tambahnya
“Media pembesaran menggunakan rak dari kayu. Pada proses ini, dibutuhkan sampah organik sebagai pakan maggot untuk berkembang. Sampah organik yang digunakan biasanya berasal dari sampah dapur. Sampah-sampah tersebut  dihaluskan terlebih dahulu agar dapat dicerna oleh maggot”, imbuhnya.
Asmaul juga menambahkan “Dalam satu wadah penetasan yang berisi 2 gram telur, membutuhkan 2 kilogram media pembesaran Sedangkan pada saat pembesaran maggot, untuk 1 kg maggot membutuhkan 4 kg sampah organik sebagai pakan maggot. Setelah berumur 15-20 hari maggot dapat dipanen. Proses panen maggot dilakukan dengan menggunakan ayakan senderhana”
“Maggot yang sudah dipanen dapat dijual dan dijadikan sumber protein untuk pakan ternak sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Jatisari”.
Hasil dari kegiatan KKN OPF yaitu dengan adanya teknologi budidaya maggot yang sederhana ini dengan biaya yang rendah ini dapat memproduksi 150 kg maggot yang dijadikan alternatif dalam mengolah sampah organik secara sehat dan ekonomis, yang lebih pentingnya lagi  untuk meningkatkan pendapatan dari masyarakat Desa Jatisari. Tutupnya (Hmz).