NEWSNUSANTARA.COM – MALANG – Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Kabupaten Malang berencana berkoordinasi dengan PT KAI Daop 8 Surabaya. Itu sebagai tindak lanjut atas penghentian pekerjaan pemeliharaan jalan di ruas Krebet-Gondanglegi oleh PT KAI. Dalam hal ini pihak PT KAI telah mengklaim bahwah dalam pekerjaan tersebut mengenai sebagian aset lahan milik PT KAI.
Hal itu tertuang pada surat dari PT KAI nomor KA.104/VII/8/DO.8-2022 bahwahsannya pekerjaan tersebut mengenai bidang yang diakui milik PT KAI.Pada proyek tersebut terdapat di Km 12+900-18+600 Lintas Non Operasi Malang Jagalan-Dampit.”Jadi begini , perihal masalah ini sudah di bahas , bahkan yang di Malang kemarin sudah melakukan (pertemuan), alhasil dan jawabannya kemarin ya kontrak sewa . itu disampaikan perwakilan (PT KAI Daop 8) yang ada di Malang,” ujar Kepala Dinas PU Bina Marga Kabupaten Malang, Romdhoni Senin (22/8/2022).
Untuk memperjelas kembali pihak Dinas PU Bina Marga Kabupaten Malang berinisiatif akan mendatangi PT KAI Daop 8 Surabaya ,memastikan regulasi yang digunakan terkait pekerjaan tersebut.
Berdasarkan peraturan dan regulasi yang ada, menurut Romdhoni ,ada klausul kondisi tersebut bisa menggunakan status pinjam pakai. Akan tetapi proses itu akan dikoordinasikan lagi dengan pihak PT KAI.
“Maka dengan demikian kita sangat perlu ke Surabaya , kita sampaikan satatus pinjam pakai ,harapan kami, pekerjaan itu bisa dilakukan seiring hal tersebut bisa tetap berproses.kita ke DAOP,” terang Romdhoni.
Pekerjaan yang saat ini masih berpolemik tersebut, pihak DPUBM pun terpaksa mengalihkan pekerjaan ke bagian lain. hal itu harus dilakukan agar pekerjaan yang ditarget rampung November 2022 ini bisa selesai.
Pekerjaan tersebut tergolong pada pemeliharaan jalan. Yakni memberi lapisan ulang pada aspal yang ada. Selain itu, sebagai pertimbangan keamanan berkendara, pihaknya juga melakukan pengerasan pada bahu jalan dengan dibeton.
Baik ruas jalan utama yang beraspal, ataupun di bagian bahu jalan. Pekerjaan pemeliharaan jalan yang kurang lebih sepanjang 4,5 kilometer itu, menelan biaya sekitar Rp 10 Miliar.(Hmz).