NEWSNUSANTARA.COM,Berau,Kalimantan Timur – Penambak di Kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, saat ini sedang memasuki masa panen udang windu, salah satu komoditas perikanan andalan daerah tersebut. Hasil dari tambak ini nantinya akan dijual ke pasar yang lebih luas di Tarakan, Kalimantan Utara. Namun, di balik proses panen yang tengah berlangsung, terdapat berbagai tantangan serius yang mengancam keberlanjutan budidaya udang di wilayah ini.
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), yang selama ini aktif mendukung pengembangan budidaya udang di Berau, mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi para penambak tidaklah sederhana. Menurut Mariski Nirwan, Senior Manajer Pesisir YKAN, penurunan hasil produksi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi. “Tambak-tambak yang didukung YKAN, khususnya yang berada di Kampung Pegat Batumbuk, Tabalar, dan Suaran, telah memasuki siklus ketiga budidaya. Namun, kita melihat adanya tren penurunan hasil yang cukup signifikan,” ujarnya.
Masalah ini tidak hanya berkaitan dengan teknis budidaya semata, tetapi juga menyangkut aspek pembinaan dan pelatihan yang diberikan kepada para penambak. Mariski menambahkan bahwa kurangnya pelatihan dan bimbingan dari pihak pemerintah daerah menjadi salah satu faktor penyebab penurunan hasil ini. Para penambak yang seharusnya mendapatkan panduan tentang teknik budidaya yang baik justru sering kali merasa dibiarkan tanpa arahan yang memadai.
Abdul Rahman, seorang penambak di Pegat Batumbuk, mengungkapkan keprihatinannya terkait kurangnya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan penambak. “Kami di sini sering kali merasa kurang mendapat bimbingan dari pemerintah tentang cara budidaya yang baik. Padahal, hal ini sangat penting untuk menjaga kualitas dan kuantitas produksi kami,” keluhnya.
Pemerintah daerah, melalui Jaka Siswanta, Plt. Kepala Dinas Perikanan Berau, menjelaskan bahwa kewenangan dalam hal pengelolaan tambak di lokasi tersebut sebagian besar berada di tingkat provinsi. “Untuk tambak di lokasi seperti Pegat Batumbuk, kewenangan lebih banyak berada di pemerintah provinsi, sehingga kami di kabupaten memiliki keterbatasan dalam memberikan intervensi langsung. Meski begitu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan bimbingan yang diperlukan,” jelas Jaka.
Tambak-tambak yang dibudidayakan oleh YKAN di Kabupaten Berau mencakup total luas area sebesar 101 hektare, tersebar di 22 titik tambak yang juga berada di Kecamatan Tabalar dan Kampung Suaran di Kecamatan Sambaliung. Dengan skala sebesar ini, permasalahan yang dihadapi tentu memiliki dampak yang signifikan, baik bagi para penambak itu sendiri maupun bagi ekonomi lokal.
Meskipun demikian, di tengah berbagai keterbatasan yang ada, beberapa penambak skala kecil tetap berusaha keras untuk mempertahankan produksi mereka. Mereka mengakui bahwa pelatihan dan pengawasan terhadap hasil produksi memang kerap dilakukan, meski tidak secara konsisten dan menyeluruh.
Masalah penurunan hasil produksi ini mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam sektor perikanan dan budidaya di Kabupaten Berau. Keterbatasan dalam hal pelatihan, dukungan teknis, serta koordinasi antara pemerintah daerah dan provinsi menjadi hal yang harus segera diatasi jika ingin melihat sektor ini tumbuh dan berkembang dengan baik. Para penambak berharap bahwa ke depannya, dukungan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan dapat diberikan, sehingga budidaya udang windu di Berau tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat setempat.Reporter:Miko//Editor:Edy