NEWSNUSANTARA.COM, TARAKAN – Peristiwa gempa yang terjadi selama 2 kali berturut-turut di bulan desember 2021, dinyatakan memiliki intensitas magnitudo kecil yaitu kurang dari 5,0 SH, di lok: LU, 117.53 BT (25 km BaratLaut Tarakan- Kaltara) dan 3,54 LU, 117.53 BT (25 km Barat Laut Tarakan- Kaltara) (31/12/2021)
Terhitung sejak bulan februari tahun 2021 untuk daerah kota Tarakan dan sekitarnya, gempa telah terjadi sebanyak 9 kali, namun belum ditemukan adanya potensi tsunami hingga saat ini.
M. Sulam Khilmi Kepala BMKG Kota Tarakan menyatakan bahwa potensi gempa wilayah Kalimantan sangat rendah. Namun demikian, juga harus memperhatikan sesar yang ada di wilayah tersebut yang secara nyata merupakan penyebab terjadinya gempa di wilayah Kota Tarakan dan sekitarnya.
“Potensi gempa masuk di rank 3, artinya potensinya lebih rendah di Indonesia. Yang perlu jadi catatan. Di Kalimantan terdapat 3 sesar aktif. Yang pertama sesar maratus di Kalimantan Selatan, kemudian ada sesar mangkalihat, itu dekat dengan kita juga sampe arah Malaysia, kemudian ada sesar Tarakan”, ungkap Khilmi.
Keberadaan sesar tersebut sampai saat ini belum memicu terjadinya gempa besar. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa Kota Tarakan maupun wilayah sekitar dapat tertimpa peristiwa gempa besar bahkan dapat memicu terjadinya tsunami mengingat tahun-tahun sebelumnya gempa terjadi di Kota Tarakan dengan Magnitudo 7,0 SH.
“Sering saya sampaikan tarakan itu berpotensi terjadi gempa. Jadi tahun 1923, tarakan pernah diguncang gempa dengan magnitut 7,0. Artinya adanya potensi terjadi gempa besar. Nah kalo ada potensi gempa besar, tentu bisa berpotensi ancaman tsunami. Itu yang harus diwaspadai”, ungkap Khilmi.
Walaupun dari kejadian sebelumnya, dampak yang ditimbulkan hanya getaran yang dapat dirasakan secara nyata dirumah menurut masyarakat kota tarakan dan sekitarnya, Mengingat adanya potensi tersebut, Khilmi juga menghimbau untuk masyarat Kota Tarakan dan sekitar agar dapat lebih mempersiapkan diri dari setiap kondisi dari adanya peristiwa gempa maupun ancaman tsunami.
“Dengan adanya potensi ini,masyarat dapat waspada. Apa yang harus dilakukan bila terjadi gempa. Memang mungkin kita harus segera melakukan simulasi kalau gempa harus seperti apa, jadi harus ada edukasi mitigasi bencana apabila terjadi gempa yang diakukan menjauhi bangunan-bangunan, setelah terjadi gempa bumi, harus diteliti lagi, jika bangunan retak retak, itu ga boleh karena dikhawatirkan gempa susulan. Jika gempa besar, menjauhi area garis pantai ke tempat yang selamat, aman dan leih tinggi untuk menghindari potensi tersebut” tutup khilmi. (Putri)