NEWSNUSANTARA.COM TANJUNG REDEB– Kepala Dinkes Berau, Totoh Hermanto membenarkan, bahwa dalam mengoperasikan hiperbarik terkendala dengan SDM yang menjadi operatornya. Namun saat ini, pihaknya sudah menyekolahkan 1 SDM untuk menjadi operator hiperbarik.
Lebih lanjut, sebenarnya untuk SDM yang mengoperasikan alat tersebut idealnya berjumlah 2 orang. Namun karena terkendala biaya, Dinkes hanya bisa menyekolahkan 1 SDM saja.
“Saat ini sudah berjalan 1 tahun. Karena pengoperasian hiperbarik ini memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus,” katanya.

Namun, meskipun belum ada SDM khusus, untuk penanganan gawat darurat, dokter atau tenaga medis yang bertugas di Puskesmas Tanjung Batu juga dapat mengoperasikan hiperbarik untuk penanganan sementara.
“Masih ada dokterny yang bisa mengoperasikannya saat kondisi gawat darurat,” ujarnya.
Totoh juga menyampaikan, hingga saat ini peralatan hiperbarik juga terus dilakukn perawatan sekalipun belum memiliki operator resmi. Hal itu dilakukan, agar kondisi hiperbarik tetap dalam kondisi baik ketika akan digunakan untuk melakukan terapi pada pasien yang mengalami dekompresi.
“Itu sudah pasti. Harus terus dilakukan perawatan agar selalu maksimal ketik dioperasikan,” pungkasnya.