![](https://i0.wp.com/newsnusantara.com/wp-content/uploads/2024/06/IMG-20240531-WA0035.jpg?resize=680%2C510&ssl=1)
NEWSNUSANTARA.COM, SAMBALIUNG – Lesung Osap, itulah nama festival kebudayaan Dayak Kenyah Badeng di Kampung Bena Baru, Kecamatan Sambaliung, Berau. Ini merupakan giat adat turun temurun dari nenek moyang saat menyambut musim panen, Jumat (31/5/2024).
Lesung Osap terdiri dari dua kata. Yakni “lesung” merupakan wadah untuk menumbuk padi atau berupa lumpang kayu, sementara “osap” berarti panjang. Bila diartikan maka bermakna menghaluskan padi di lesung yang panjang secara bersama-sama.
Sedang terkait filosopinya bermakna, upacara kesuburan sebagai bentuk rasa masyarakat setempat kepada Tuhan dan leluhur nenek moyang atas syukur terhadap hasil panen yang berlimpah. Agendanya biasanya diadakan setiap menjelang musim tanam gadu atau musim dengan intensitas hujan sedang.
Pelaksanaan musim tanam ini tidak mendapatkan pengairan, tetapi mengandalkan air hujan atau tadah hujan. Musim tanam gadu terjadi pada bulan April, Mei, Juni, Juli.
Festival budaya ini menjadi kegiatan yang sangat menarik perhatian masyarakat dan wisatawan. Karena pelaksanaannya akan dimeriahkan oleh berbagai kesenian etnis dayak, sedang puncak acaranya pengunjung bersama warga setempat akan membentuk barisan memanjang menumbuk padi bersama-sama.
Acara setahu sekali ini juga dihadiri oleh Bupati Berau Sri Juniarsih dan Wabup, Gamalis. Dalam kesempatan tersebut, mewakili pemerintah daerah, Sri mengapresiasi kebudayaan lesung osap masih lestari, Selain menjadi bagian dari jati diri warga Bena Baru, juga memiliki nilai wisata kebudayaan.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ini membuktikan bahwa warga Bena Baru masih tetap eksis menjaga adat dan istiadatnya secara turun temurun,” ujar Bupati.
Festival yang begitu meriah tersebut, kata orang nomor satu di Bumi Batiwakkal tersebut tidak lepas dari keterlibatan semua pihak. Menurutnya, penyelenggaraan festival tersebut tidak bisa berjalan lancar tanpa semangat kerjasama dan gotong royong baik panitia, tokoh adat, dan masyarakat Bena Baru.
Apalagi, pengembangan objek pariwisata merupakan salah satu fokus dirinya dalam 18 program unggulan.
“Semangat seperti ini yang harus tetap kita jaga. Terutama dalam pelestarian adat dan kebudayaan kita. Terutama di Bena Baru,” paparnya.
Sebagai bentuk kepedulian pemkab terhadap kampung pun juga sudah diwujudkan melalui berbagai program yang telah dianggarkan. Seperti membangun infrastruktur dan fasilitas dasar di Bena Baru.
Dikatakannya, tahun 2024 ini, akan ada lanjutan pembangunan jalan menuju jembatan Bena Baru sebesar Rp 13,4 miliar. Sri juga menyampaikan, Kampung Bena Baru juga mendapat bantuan dari bank dunia (World Bank) senilai Rp 340 juta atas penghargaan dalam upaya pelestarian hutan.
Dipenghujung acara, dirinya meminta masyarakat Bena Baru untuk selalu konsisten dalam melestarikan budaya serta hutan yang ada.
“Karena itu adalah bagian dari aset masa depan kita,” pungkasnya.
Reporter: Miko Gusti