BANGKITKAN : Komoditas kakao dan lada mulai dibangkitkan lagi, dan diharapkan bisa menjadi unggulan kedepannya.
NEWSNUSANTARA,BERAU– Kabupaten Berau memiliki lima komoditas unggulan yang dikembangkan. Dalam beberapa tahun kedepan, dua komoditas unggulan yang ada akan dimaksimalkan lagi, yaitu kakao dan lada.
Sekretaris Dinas Perkebunan Berau, Amran Arief menjelaskan bahwa perkembangan kakao dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan baik dari sisi luasan maupun produksinya. Dalam upaya peningkatan produksi ini Dinas Perkebunan pun menjalankan program Gerakan Mengembangkan Agribisnis (Gemari) Kakao.
Saat ini program Gemari Kakao telah masuk dalam implementasi. Program ini juga berkolaborasi dengan Program Unggulan Kawasan Pedesaan (Pukades). Dalam mendukung program ini, Pemkab Berau juga telah melakukan MoU dengan PT Berau Coal dan Solidaridad. Dalam kerja sama ini akan dikembangkan dan dikelola komoditas kakao mulai dari hulu hingga hilir. “Ini merupakan upaya yang dikembangkan dalam rangka peningkatan komoditas kakao,” jelasnya.
Program Gemari Kakao ini akan terus ditindalanjuti dan dimantapkan lagi. Sehingga target peningkatan kakao dapat terealisasi. Dalam pelaksanaannya pemerintah daerah juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian, Balai Pengakajian Tanaman Pertanian serta Pemerintah Provinsi Kaltim. “Sesuai dengan SK dari kementerian, kita mejadi daerah prioritas di Kaltim yang mendapatkan bantuan dalam komoditas kakao dan lada,” ungkapnya.
Dengan program ini serta bantuan yang telah diberikan diharapkan dapat mengangkat kembali kakao. Bahkan saat ini sendiri, produksi kakao sudah mulai mengalami peningkatan lagi. “Permintaan saat ini cukup tinggi, jadi lahan kembali diperluas untuk mencapai target permintaan pasar. Kedepan tentu kita berharap kejayaan kakao seperti dulu bisa kembali,” jelasnya.
Selain kakao, komoditas lada juga menjadi target yang akan dikembangkan lagi. Saat ini hilirisasi lada sudah berjalan. Seperti yang ada di Pesayan, dengan menghasilkan produk lada dalam bentuk bubuk. “Bahkan sudah dapat sertifikasi halal dari MUI. Ini dikelola oleh gapoktan. Kita arahkan pengembangan lada ini ke semi organic. Karena pasar ini lebih menjanjikan ketimbang pengelolaan yang sifatnya konvesional. Tidak lagi gunakan turus mati ulin, tapi gamal, penggunaan obatan kimiawi ditekan sekecil mungkin digantikan pestisida lingkungan. Dan mereka sudah kita latih,” pungkasnya. (hms5)