Pemda Kota Batu Buat Kubangan dekat Mata Air Umbul Gemulo,Di Sinyale Tanpa Koordinasi Dengan Warga.

NEWSNUSANTARA,MALANG /BATU – Telah di buat 3 kubangan besar yang disinyalir dapat menimbulkan pencemaran/kerusakan lingkungan hidup di sekitar mata air Umbul Gemulo sehingga mulai timbul kerusakan pada warga.
Dapat di bilang meresahkan warga pasalnya pembuatan Kumbangan air tersebut tanpa ada pemberitahuan kepada warga di sekitarnya.
 Bersama dengan 8 orang dari komunitas peduli lingkungan (Nawakalam Gemulo, MCW, dan Himpunan Tirtosari), beberapa warga mendatangi Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu, Senin kemarin.
Pradikta Indra selaku juru bicara warga mengatakan, warga resah karena pembangunan kolam tersebut tanpa sepengatahuan aparat desa, dan pembangunannya tepat berada di sebelah kawasan sumber mata air Umbul Gemulo sesuai Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang mengatur 200 meter dari mata air harus jadi daerah steril dari pembangunan apa pun.
“, Berdasarkan keputusan Presiden itu , kami mempertanyakan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu, apa maksud dengan membangun kolam (kubangan) air sebanyak 3 unit tersebut, tanpa “kulonuwun” (permisi) kepada aparat desa,” jelasnya.Selasa (5/10/2021).
Pihaknya bersama warga khawatir dampak dari pembuatan tersebut. Karena mata air Umbul Gemulo merupakan mata air yang dibutuhkan warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Seharusnya dengan adanya kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, pihak terkait harus memiliki atau mengantongi analisis mengenai dampak lingkungan hidup,” imbaunya seraya menambahkan, kegiatan tersebut juga perlu melibatkan peran serta masyarakat.
Mengenai permasalahan.ini Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu, Aries Setiawan, menyambut baik kedatangan warga bersama para komunitas peduli lingkungan di kantornya.dengan demikian “gayung bersambut” antara keinginan Pemerintah Daerah Kota Batu membangun (membuat) kolam untuk pembibitan ikan “endemic” yang kini mulai punah.
Ditanya soal tidak adanya koordinasi dengan aparat desa, karena kawasan dan tanah itu merupakan aset Pemda Kota Batu. Apalagi proses pembangunan kolam ikan itu sangat diperlukan untuk pemijaan ikan yang kini sedang mengalami kepunahan.
“Kami diburu dengan banyaknya ikan-ikan yang segera menetas telurnya, sehingga kami lakukan pembangunan 3 kolam ikan tersebut. Jika tidak segera diatasi, dikhawatirkan ikan mati,” tandas Aries Setiawan.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, pembuatan 3 kolam ini, tidak mempergunakan pondasi semen atau batu bata, melainkan langsung tanah.
Dikatakannya, pihaknya menggandeng Shining Bratas dan komunitas Banyu Bening yang peduli terhadap lingkungan hidup, utamanya keberadaan budidaya ikan air tawar “endemic” (khas) kota Batu, yang kini mulai punah. Seperti jenis ikan Tombro, Punten dan Sengkaring serta Koi.
Editor:Hamzah