NEWSNUSANTARA.COM, TARAKAN – Harga minyak yang relatif tinggi saat ini cukup menyulitkan masyarakat terutama pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang utamanya menggunakan bahan baku minyak di Kota Tarakan. (17/12/202)
Menurut Muhammad Fazar selaku pekerja toko kelontong di pasar gusher menjelaskan, bahwa kenaikan harga barang terbesar yaitu minyak mencakup semua merek dan hal ini juga mempengaruhi jumlah stok barang yang dipasok untuk diperdagangkan.
“kemaren minyak sekitaran 17.000 sekarang sudah 19.000. kenaikan paling tinggi minyak itu. Biasanya kita nyetok 100 dos, sekarang udah 50 dos, penyebabnya mungkin karna covid. Untuk mengakali kita liat harga modal dulu kak, modal agak mahal kita naiki 2000,3000. Sering juga orang-orang komplen. Dan memungkinkan akan bisa lebih naik lagi harganya” tutur fazar.
Hal ini semakin mengakuratkan informasi Pusat Informasi Harga Pangan Startegis (PIHPS) dan Sistem Pemantauan pasar dan kebutuhan pokok kementerian perdagangan (SP2KP) yang melansir harga minyak 1 kg berkisar 19.000-19.500 rupiah untuk wilayah pasar kota tarakan. (diakses pada tanggal 16/12/2021)
kenaikan harga minyak goreng yang terjadi membuat pelaku UMKM Harus memutar otak guna keberlanjutan usahanya. Menurut keterangan ria selaku pelaku usaha UMKM yang sudah berjalan 4 tahun, menuturkan bahwa merasa kesulitan menyeimbangi harga jual produknya dengan modal yang harus dikeluarkan guna keperluan usaha tersebut.
“Untuk 1 kali produksi biasanya 2 liter, kadang kalo banyak orderan bisa sampe 4 liter. Bahan bakunya kan minyak, terus kalo minyak lagi naik gini, jadinya saya jadi puter otak gitu untuk meminimalisir pengeluaran. Kalo dinaikin harganya kayaknya ga mungkin deh kak soalnya pasaran saya itu biasanya dikalangan menengah kebawah jadi saya sebisa mungkin agar donat saya laku tapi dengan dikurangi isi begitu pula harga.” Ungkap ria di kediamannya di kampung bugis.
Adanya kebijakan pemerintah kota tarakan dalam menentukan batas atas harga minyak maupun produk pangan lainnya, akan mengurangi beban masyarakat sehingga produk dapat lebih mudah dijangkau dan terciptanya kondisi tersebut diharap dapat menyesuaikan daya beli masyarakat. Ini juga menjadi harapan bagi pelaku UMKM mengingat pandemi covid masih berlangsung sehingga mempengaruhi pemasukkannya.
“Semoga harga bahan baku minyak itu turun. kalau pun naik ga papa tapi jangan sedrastis kaya sekarang. Pedagang seperti kami ini, UMKM yang pakai bahan baku minyak bingung sendiri karna kalo harga minyak naik otomatis pengeluaran lebih banyak apalagi semenjak pandemi, pemasukan lebih berkurang. Semoga pemerintah bantu turunkan harga minyak”, tutup Ria. (Putri)