NEWSNUSANTARA,SAMARINDA–Kapal KM Aditya menjadi kapal ketiga yang sandar di Pelabuhan Samarinda sebagai kapal yang membawa penumpang arus balik Idul Fitri. Kapal khusus penumpang ini membawa sedikitnya 897 penumpang dari Pelabuhan Nusantara, Parepare, Selawesi Selatan.
Kapal tiba pada Senin (24/5) sekitar pukul 12.00 Wita. Kapal ini mengalami keterlambatan dari jadwal seharusnya tiba pukul 10.30 Wita. Selain penumpang, kapal juga membawa 10 unit motor dan berbagai sayuran.
Kasi Keselamatan Berlayar Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Samarinda, Slamet Isyadi, menjelaskan, KM Aditya menjadi kapal ketiga yang sandar di Pelabuhan Samarinda.
Sebelumnya KM Prince Soya tiba pada Jumat (21/5) membawa 877 penumpang, satu unit mobil, dan 23 unit motor. Kemudian, KM Pantrokrator tiba pada Minggu (23/5) sekitar pukul 11.00 Wita memuat 927 penumpang dewasa, 37 anak-anak, satu bayi, 34 unit motor, dan 25 mobil.
“Jika dilihat angkanya, jumlah penumpang masih fluktuatif. Namun terbilang normal. Masih di bawah ketentuan yakni 75 persen dari kapasitas kapal yang ada,” kata Slamet.
Slamet tak memastikan apakah kedatangan penumpang ini sudah masuk dalam puncak arus balik Idulfitri, yang jelas penumpang dari Parepare terus berdatangan sesuai jadwal kapal yang sudah ada.
Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 KSOP bersama dengan unsur maritim yakni Polsek Kawasan Pelabuhan (KP) Samarinda, Pelindo IV dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Samarinda telah menerapkan protokol kesehatan (prokes).
“Alhamdulillah hingga saat ini tidak ditemukan adanya penumpang terindikasi Covid-19. Sebab, setiap pelabuhan sudah menerapkan kewajiban penumpang yang akan berlayar untuk memeriksakan diri guna mendapatkan surat bebas Covid-19,” terang Isyadi.
“Dan saat turun dari kapal pun, petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Samarinda melakukan pengecekan suhu tubuh dan dokumennya,” imbuh Slamet Murjani (39), warga Sangatta, Kutim.
Jumlah penumpang cukup banyak di dalam kapal. Saat berlayar diriya terpaksa tidur di lorong kapal lantaran tidak kebagian tempat tidur.
“Untungnya saya sendiri saja. Jadi bisa tidur di mana saja. Yang penting bisa sampai Samarinda,” ungkap Murjani.
Untuk bisa berlayar, beberapa persyaratan administrasi diikutinya. Salah satunya dengan melampirkan surat hasil swab antigen yang menyatakan bebas Covid-19.
“Sewaktu berangkat sebelum larangan mudik saya sudah mengurus. Dan saat balik terpaksa mengurus kembali karena batas waktunya habis. Lumayan juga ongkos pulang kampung jadi bertambah. Mudahan Covid-19 segera berakhir. Kasihan warga yang punya keluarga banyak harus keluar uang lebih besar untuk sekedar pulang kampung,” tutup Murjani. (kis/nha)
sumber:siberindo.co